Adalah Aliyah, seorang wanita muslimah yang mengabdikan diri hanya untuk Allah. Setiap pagi hinggga sore berada di rumah singgah untuk mengajarkan berbagai hal untuk anak-anak yang kurang mampu. Ketika malam menjelang, dia berada di masjid untuk mengajar mengaji.
Adalah Badrun, seorang preman kampung, yang kerjanya merampok secara terang-terangan. Disukai banyak orang dikampung___/// kenapa? ... ... ...
Meski banyak yang suka, namun tidak sedikit pula yang membencinya. Mengagumi aliyah sebagai perempuan di kampungnya yang sholeh.
Tiap melihat Aliyah, Badrun seperti melihat cahaya yang membimbing jiwanya untuk terus mendekat. Dengan alih-alih bertemu di jalan, Badrun sering mengintai dan menunggu Aliyah di jalan yang sering aliyah lalui. Dan ketika aliyah terlihat dari sudut jalan, Badrun segera menghampiri.
"Assalamualaikum, Aliyah", sapa Badrun.
"Waalaikumsalam", jawab aliyah lembut tanpa memandang Badrun. Dia terus saja berjalan. Dan Badrun mengikuti di sampingnya. Badrun terus saja berbicara mengenai kekagumannya kepada Aliyah. Sementara Aliyah hanya sibuk dengan tasbih ditangannya.
Itulah kegiatan Badrun selain merampok. Berusaha mengambil hati aliyah dengan berbagai cara____// membelikan mukkenah, buku-buku bacaaan yang disukai aliyah, apa saja yang menurut Badrun dibutuhkan aliyah.
Sebenarnya Aliyah sudah pernah menegur Badrun untuk tidak mengikutinya saat pergi maupun pulang dan jangan juga sering memberikan sesuatu kepadanya. Tapi Badrun ya Badrun, keras kepala menjadi cirinya. Dia tak peduli dengan omongan Aliyah. Dia punya anggapan sendiri bahwa selama hal yang dilakukan itu tidak menyakiti dan merugikan Aliyah, dia akan terus berjuang mendapatkan cinta Aliyah. Toh mencintai sesorang itu tidak pernah salah.
Suatu ketika, beberapa tetangga asyik berbincang, ketika aliyah pulang sore itu, dan seperti biasa Badrun mengikutinya beberapa langkah di belakang.
"Duh, neng Aliyah, kok bisa sih mau sama Badrun?" suara salah seorang ibu dengan pelan kepada ibu yang lainnya. Meski pelan, suaranya masih bisa terdengar oleh Aliyah dan Badrun. Perkataan itu bukan hanya sekali terdengar oleh Aliyah.
Seketika itu pula, Aliyah menghentikan langkahnya tepat searah dengan sekerumunan ibu-ibu.
"Maaf ibu. Jangan berprasangka kepada saya dan Badrun. Kami tidak mungkin ada hubungan seperti yang ibu-ibu sangkakan kepada saya. Dalam hati saya sekarang ini hanya ada Allah. Bukan untuk yang lain. Dan apa yang sering ibu-ibu liat itu adalah hal percuma dan sia-sia yang dilakukan Badrun terhadap saya. Kalaupun nanti ada sesorang di hati saya, maka dia bukanlah seseorang yang sering meresahkan hati melainkan seseorang yang menenangkan hati".
Badrun terhenyak, bagai terjungkal dari lantai 20 yang meremukkan seluruh jiwa dan raganya. Dia tak pernah menyangka hal itu bisa terlontar keluar dari perempuan yang dikaguminya. Bungkusan plastik hitam yang berisi gorengan untuk aliyah terlepas dari genggaman dan berserahkan ditanah. Badrun lalu pergi secara perlahan meninggalkan Aliyah dan kerumunan ibu-ibu.
Sepanjang perjalanan, tak henti-hentinya Badrun berpikir. Benarkah orang seperti saya ini tidak pantas mendapatkan perempuan muslimah seperti dia? Apakah yang saya bicarakan sepanjang perjalanan dengannya selama berbulan-bulan ini tidak pernah terdengar olehnya? Apakah selama ini dia tidak pernah sedetik pun melihat apa yang terjadi kepada saya?
Badrun akhirnya pergi meninggalkan kampung hingga berbulan-bulan lamanya. Selama itu banyak yang mengeluh karena kampung mereka sudah tidak seaman dulu. Banyak anak-anak kampung sebelah yang suka bikin onar, memalak ibu-ibu saat kepasar, anak-anak sekolah dan banyak lagi. Ada juga yang mengeluh tak ada lagi yang membantu mereka saat kekurangan beras. Banyak yang merindukan Badrun. Hanya segelintir orang yang merasa tenang, yaitu orang yang kaya, tamak dan kikir.
Orang-orang banyak yang memperbincangkan hal itu, hingga sampai ke telinga Aliyah. Aliyah duduk terpaku di sudut mesjid. Orang yang selama ini kadang membuatnya resah ternyata banyak menyimpan cerita tersendiri di benak warga. Ada perih dan bahagia di hatinya ketika mendengar pula kabar bahwa Badrun meninggal dalam Sholatnya.
Perih...Karena dia tak pernah memandang wajah Badrun sedetikpun kala ada waktu bersamanya. Perih...Tak pernah mendengar apa yang diucapakan Badrun saat melintasi waktu. Perih...Hanya melihat buruknya saja tanpa melihat kebaikannya. Perih...waktu itu tak akan terulang dan meminta maaf kepadanya. Perih...karena kesempatan untuk mengenalnya telah tiada.
Bahagia itu ada karena Allah memintanya kembali dalam keadaan Baik.
Sungguh banyak hal yang kita rindukan ketika hal itu telah lewat dan kita sadar bahwa kita sudah kehilangan... Hal yang paling berharga yang diberikan Allah itu adalah kesempatan... Kesempatan untuk beribadah, kesempatan merebut cintaNya-RidhoNya___# segalanya... termasuk kesempatan untuk mengenal siapa orang yang betul-betul sebagai penenang jiwamu menuju SurgaNya. Allah memberi kita 2 mata untuk melihat___# lihatlah dengan ikhlas, maka kita akan melihat kebaikan dibalik keburukan yang ada___# karena terkadang hal baik itu tertutupi dengan sesuatu yang buruk,,, tinggallah kita melihat dari sudut atau sisi yang mana... Allah memberi 2 telinga___# dengarlah tentang dia dengan penuh dan jangan setengah-setangah... Allah memberi 2 tangan dan kaki___# pergunakan untuk mengajaknya ke rumah Allah... 1 Hati___# kenapa hanya satu? karena 1 nya lagi tugas kita untuk mencarinya.
Buka mata, telinga dan pergunakan kaki tangan kita untuk mencari 1 hati kita yang tersimpan di tempat lain,,,, tentunya dengan kesempatan yang diberikan Allah. Allah tidak melarangmu mencintai hambanya yang lain. Cinta sesuai kadarnya akan Indah di mata Allah... pergunakan KESEMPATAN selagi ALLAH MEMBERIMU.... salam