rosrosrosrosrosrosrosrosrosrosrosrosrosrosrosrosrosrosrosrosrosrosrosrosrosrosrosrosrosrosrosrosrosrosrosrosrosrosrosrosrosrosrosrosrosrosrosrosrosrosrosrosrosrosrosrosrosrosrosrosrosrosrosrosrosrosros
Entri terbaru…

Minggu, 08 April 2012

☆☆☆☆☆☆ Allah dalam Bahasa Cinta ☆☆☆☆☆☆


" Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat... "  

Seorang guru kebijaksanaan lebih mencintai muridnya yang termuda ketimbang murid-muridnya yang lain. Hal ini tentu saja menimbulkan kecemburuan dikalangan murid-muridnya yang lain. Suatu hari sang guru menyuruh pada murid-muridnya membeli seekor ayam. Masing-masing disuruh menyembelih ayam ditempat yang tak seorangpun dapat melihatnya. Sang guru hanya berpesan agar mereka kembali paling lambat sebelum matahari terbenam. Saat mereka kembali, semua murid membawa ayam sembelihan mereka ke hadapan sang guru. Namun anehnya murid kesayangan itu kembali dengan membawa seekor ayam yang masih hidup. Tentu saja menjadi bahan tertawaan murid-murid yang lain. Si guru kemudian menanyakan perihal bagaimana mereka menjalankan perintah sang guru. Berbagai macam jawaban sang guru peroleh, mulai dari ayam itu di bawa pulang kerumah dan di masukkan kedalam lemari lalu di sembelih, ada yang membawa ke dalam hutan belantara-menutup mata hingga tak melihat proses penyembelihan, lalu ada juga yang membawa ke gua yang gelap gulita. Akhirnya tibalah giliran murid yang termuda. Ia masih menundukkan kepalanya dengan malu. Ayamnya masih berkotek di dalam pelukannya. dengan lirih ia berkata, " aku telah membawa ayam ini ke dalam rumah, tapi Allah berada di setiap sisi rumahku. Aku ke tempat terpencil di hutan, Allah tetap mengikutiku. Bahkan di gua paling gelap sekalipun Allah berada disana. Tak ada satu tempatpun dimana Allah tak dapat melihatku." Nyatalah semua murid tersadar, mengapa sang guru sangat menyayangi murid termuda itu.... 
-------
Merasakan kehadiran Allah adalah wujud tertinggi dari kejujuran dan integritas kita. Banyak orang memaknai takwa sebagai ketakutan. Dalam hal ini saya memaknai Takwa dengan Bahasa Cinta. Sebab bahasa cinta jauh lebih tinggi dari pada bahasa takut. Allah adalah sumber cinta. Dialah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Cinta senantiasa menimbulkan kerinduan, sementara takut lebih condong menimbulkan kebencian. Bayangkan ketika kita mencintai seseorang, maka kepercayaan akan tumbuh, lalu akan mendorong kita untuk melakukan suatu perbuatan atau tindakan-tindakan pembuktian cinta kepada sang kekasih. Kemudian yang terpenting, merasakan kehadiran orang yang kita cintai dimanapun berada, walau secara fisik jauh tetapi jiwa akan selalu bersama. Layaknya kekasihlah Rabb kita...dengan Takwa, berarti kita mencintai-Nya. Merindukan-Nya, merasakan kehadiran-Nya disetiap langkah kita. Sangat dekat. Tak perlu dicari. Ia bahkan lebih dekat dari urat leher kita. ... 
Wallahu a’lam bish-shawabi..... 
(*•.*• ƸӜƷ Rindu Rindu Sang Gadiz ƸӜƷ •*.•*)
Statusbooks Indonesia