Menjelang tahun kedua pernikahan, sang istri merasa kehidupan rumah tangganya
tidak seromantis pada saat pacaran hingga awal pernikahan mereka. Istri
merasa, sang suami hanya akan melakukan sesuatu untuknya hanya ketika ia
meminta, tanpa inisiatif untuk melakukannya sendiri, seperti menemani
berbelanja-nonton-atau hanya sekedar curhat. Semakin hari, sang istri semakin merasa kesepian meski segala kebutuhan
terpenuhi. Akhirnya suatu saat, ia memutuskan untuk bercerai dan telah
menyampaikan niatnya itu kepada suaminya. "Aku ingin kita bercerai saja," jelas sang istri ditengah-tengah makan malam bersama suaminya. Sang suami jelas kaget mendengar istri tercinta melontarkan permintaannya secara tiba-tiba.
"Apa yang membuatmu berpikir untuk mengakhiri pernikahan kita ini? bukankah kita baik-baik saja? aku sangat mengasihimu, aku memenuhi kebutuhanmu dan menjagamu dari airmata?"
"Aku sudah tidak tahan lagi. kamu terlalu sibuk dengan dirimu sendiri ! aku butuh kasih sayang, seperti istri-istri yang lainnya. Suami-suami mereka senantiasa ada didekat mereka kemanapun mereka pergi."
"Aku sangat mencintaimu. Apa yang aku lakukan ini, semata-mata hanya untuk kehidupan kita kelak," tuturnya suaminya.
"Baiklah. Aku tidak akan meminta bercerai jika kamu mampu menjawab pertanyaanku."
"Katakanlah, akan ku jawab semampuku."
"Jika aku memintamu mengambilkan setangkai bunga yang ada ditepi jurang, dan tahu kamu akan mati jika melakukannya, apa kamu bersedia mengambilkannya untukku?"
Sang suami terdiam sejenak mendengar pertanyaan istrinya, lalu- "baiklah jika itu maumu, akan aku berikan jawabannya besok," sambil beranjak pergi meninggalkan istrinya di meja makan.
Keesokan hari, sang istri terbangun mendapati suaminya sudah tidak ada di rumah, namun sangat terkejut dengan hidangan susu hangat-roti panggang dan secarik kertas berisi tulisan suaminya. Sayang, maaf. Aku tidak bisa mengambilkan bunga itu untukmu...kalimat pertama ini sudah cukup membuat jantungnya tak karuan, namun tetap bertahan melanjutkan untuk membaca.tapi ijinkan aku memaparkan, mengapa aku tak ingin mengambilnya untukmu. Jika harus mati, aku tahu pada akhirnya kita akan mati, namun jika aku mati saat ini juga maka aku akan menyesal karena telah membuatmu menangis... Kasih sayang itu tak selamanya harus memberimu bunga. Apakah kamu tahu ? aku sangat jarang menemanimu berbelanja, itu agar kusiapkan kekuatan kakiku untuk menopangmu kelak jika tiba saatnya kamu tak mampu lg berjalan. Aku tahu sayang, kamu sangat suka menyepi hanya untuk membaca dan menghayati film kegemaranmu hingga berjam-jam, bukan tak ingin menemanimu tapi terlebih tak ingin mengganggumu-tak ingin kamu merasa terusik dengan kehadiranku, dan ku merasa aku perlu menjaga mataku hanya untukmu-membacakan buku kegemaranmu dan menceritakan segalanya disaat matamu sudah tak mampu melihat. Aku tak ingin mendengar keluhanmu saat ini mengenai hal yang kurang penting, karena kelak, pundak tua ku ini kusiapkan untuk menahan tubuhmu yang ingin bercerita tentang kehidupan kita. Aku sangat mencintaimu. Kini terserah padamu. Jika kamu masih bersikeras dengan keputusanmu, maka tolong bukakan pintu dan bawalah keluar seluruh pakaianku. Aku tak ingin menghalangimu untuk mencari kebahagian dan tak ingin mempersulit hidupmu. Namun, jika kamu telah berubah pikiran, di meja ada 2 susu hangat, tolong berikan satu untukku. Aku menunggumu sejak tadi di didepan pintu... Sang istri yang sudah sejak tadi meneteskan airmata bergegas keluar dan memeluk suaminya erat....
***
Tak selamanya harus b.u.n.g.a !
Terkadang, kita menyalah artikan kasih sayang yang harus selalu dalam bentuk barang, ungkapan mesra, perhatian ini dan itu. Namun, tidak berarti juga kasih sayang itu tak butuh ungkapan atau perlakuan. Yang kita butuhkan hanyalah bisa memahami dan mencari jawaban, bukan menumpuk pertanyaan! jika keinginan itu jauh dari kenyataan. Kebanyakan dari kita sangat jarang sekali ingin mengetahui apa yang sebenarnya ada dibalik sebuah kondisi dan membuat kita tidak nyaman. Hidup itu seringkali terlihat sangat rumit dan buruk bagi kita. Tak ingin lepas dari zona nyaman, segala hal indah saja atau yang instan tanpa peduli berguna atau tidaknya tak dipertimbangkan dan tak dihiraukan. Seperti ringkasan di atas,bisa jadi apa yang kita pandang sebagai sesuatu yang berat dan menyusahkan, ternyata adalah hal begitu indah. Layaknya benang kehidupan, kusut dan rumit, tapi ada kembang impian yang sangat indah tengah tersulam pelan.Semoga renungan dalam tulisan singkat ini menjadi spirit (rûh) baru untuk menjalani kehidupan ini.
“.. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah Mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”.
"Apa yang membuatmu berpikir untuk mengakhiri pernikahan kita ini? bukankah kita baik-baik saja? aku sangat mengasihimu, aku memenuhi kebutuhanmu dan menjagamu dari airmata?"
"Aku sudah tidak tahan lagi. kamu terlalu sibuk dengan dirimu sendiri ! aku butuh kasih sayang, seperti istri-istri yang lainnya. Suami-suami mereka senantiasa ada didekat mereka kemanapun mereka pergi."
"Aku sangat mencintaimu. Apa yang aku lakukan ini, semata-mata hanya untuk kehidupan kita kelak," tuturnya suaminya.
"Baiklah. Aku tidak akan meminta bercerai jika kamu mampu menjawab pertanyaanku."
"Katakanlah, akan ku jawab semampuku."
"Jika aku memintamu mengambilkan setangkai bunga yang ada ditepi jurang, dan tahu kamu akan mati jika melakukannya, apa kamu bersedia mengambilkannya untukku?"
Sang suami terdiam sejenak mendengar pertanyaan istrinya, lalu- "baiklah jika itu maumu, akan aku berikan jawabannya besok," sambil beranjak pergi meninggalkan istrinya di meja makan.
Keesokan hari, sang istri terbangun mendapati suaminya sudah tidak ada di rumah, namun sangat terkejut dengan hidangan susu hangat-roti panggang dan secarik kertas berisi tulisan suaminya. Sayang, maaf. Aku tidak bisa mengambilkan bunga itu untukmu...kalimat pertama ini sudah cukup membuat jantungnya tak karuan, namun tetap bertahan melanjutkan untuk membaca.tapi ijinkan aku memaparkan, mengapa aku tak ingin mengambilnya untukmu. Jika harus mati, aku tahu pada akhirnya kita akan mati, namun jika aku mati saat ini juga maka aku akan menyesal karena telah membuatmu menangis... Kasih sayang itu tak selamanya harus memberimu bunga. Apakah kamu tahu ? aku sangat jarang menemanimu berbelanja, itu agar kusiapkan kekuatan kakiku untuk menopangmu kelak jika tiba saatnya kamu tak mampu lg berjalan. Aku tahu sayang, kamu sangat suka menyepi hanya untuk membaca dan menghayati film kegemaranmu hingga berjam-jam, bukan tak ingin menemanimu tapi terlebih tak ingin mengganggumu-tak ingin kamu merasa terusik dengan kehadiranku, dan ku merasa aku perlu menjaga mataku hanya untukmu-membacakan buku kegemaranmu dan menceritakan segalanya disaat matamu sudah tak mampu melihat. Aku tak ingin mendengar keluhanmu saat ini mengenai hal yang kurang penting, karena kelak, pundak tua ku ini kusiapkan untuk menahan tubuhmu yang ingin bercerita tentang kehidupan kita. Aku sangat mencintaimu. Kini terserah padamu. Jika kamu masih bersikeras dengan keputusanmu, maka tolong bukakan pintu dan bawalah keluar seluruh pakaianku. Aku tak ingin menghalangimu untuk mencari kebahagian dan tak ingin mempersulit hidupmu. Namun, jika kamu telah berubah pikiran, di meja ada 2 susu hangat, tolong berikan satu untukku. Aku menunggumu sejak tadi di didepan pintu... Sang istri yang sudah sejak tadi meneteskan airmata bergegas keluar dan memeluk suaminya erat....
***
Tak selamanya harus b.u.n.g.a !
Terkadang, kita menyalah artikan kasih sayang yang harus selalu dalam bentuk barang, ungkapan mesra, perhatian ini dan itu. Namun, tidak berarti juga kasih sayang itu tak butuh ungkapan atau perlakuan. Yang kita butuhkan hanyalah bisa memahami dan mencari jawaban, bukan menumpuk pertanyaan! jika keinginan itu jauh dari kenyataan. Kebanyakan dari kita sangat jarang sekali ingin mengetahui apa yang sebenarnya ada dibalik sebuah kondisi dan membuat kita tidak nyaman. Hidup itu seringkali terlihat sangat rumit dan buruk bagi kita. Tak ingin lepas dari zona nyaman, segala hal indah saja atau yang instan tanpa peduli berguna atau tidaknya tak dipertimbangkan dan tak dihiraukan. Seperti ringkasan di atas,bisa jadi apa yang kita pandang sebagai sesuatu yang berat dan menyusahkan, ternyata adalah hal begitu indah. Layaknya benang kehidupan, kusut dan rumit, tapi ada kembang impian yang sangat indah tengah tersulam pelan.Semoga renungan dalam tulisan singkat ini menjadi spirit (rûh) baru untuk menjalani kehidupan ini.
“.. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah Mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”.
(QS. al-Baqarah [2]: 216)
-@δiz-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar