Bismillah….
Ya Allah, aku mohon cinta Kepada-Mu, Cinta orang yang mencintai-Mu,
Cinta akan perbuatan yang mendekatkan kami akan cinta-Mu…
Ya Allah, karuniakanlah padaku apa yang aku inginkan
dan jadikanlah karunia itu sebagai kekuatan bagi diriku terhadap apa yang Engkau cintai…
Apa yang telah aku miliki dari pemberian-Mu yang aku inginkan,
jadikanlah itu sebagai pemenuhan hajat hidupku yang Engkau ridhai…
Dulu, aku menangis… Beberapa bulan yang lalu juga aku menangis…Kemarin pun aku masih menangis…
Aku menangis karena perasaan dan insting alamiku terhimpit badai. Dan, aku…hanya menangis. Bak anak kecil merengek di atas sajadah. Meminta pertolongan dan kelapangan dada. Namun, belum kunjung datang. Mungkin nanti jika tiba waktunya. Kapan ? Aku terus bertanya dalam hati. Serasa do’a ku tidak terjawab. Tapi sungguh bodohnya aku, jika terus berpikiran seperti itu.
Aku menangis karena perasaan dan insting alamiku terhimpit badai. Dan, aku…hanya menangis. Bak anak kecil merengek di atas sajadah. Meminta pertolongan dan kelapangan dada. Namun, belum kunjung datang. Mungkin nanti jika tiba waktunya. Kapan ? Aku terus bertanya dalam hati. Serasa do’a ku tidak terjawab. Tapi sungguh bodohnya aku, jika terus berpikiran seperti itu.
Aku mencoba meyakinkan diri, seperti Nabi saw bersabda ” musibah, kesedihan dan kesulitan, apapun yang menimpa seorang muslim akan menghapuskan kesalahan-kesalahannya (HR. Bukhari, dari ‘Aisyah. ra)”. Dari sana, aku memahami, bahwa Allah mencintai umatnya dengan banyak jalan. Musibah tidak selamanya kemurkaan Allah. Mungkin Allah sedang akan menaikkan statusnya. Dan apabila muslim bersabar, janji Allah adalah Surga. Aku lega dengan janji Allah itu. aku manusia, tempatnya salah dan khilaf. Dan aku manusia yang punya dosa.
Muslim? sudahkah saya?
Itu pertanyaanku selanjutnya. Insya Allah, aku seorang muslim dan saat ini sedang berusaha mendapat cinta Allah. Tinggal bagaimana aku menjalani SABAR untuk memenuhi janji Allah.
Dan aku…masih saja terus menangis…
Tak seperti jalan tol yang mulus dan lurus, perjalanan menuju sabar itu terasa sangat sulit. Hanya doa dan tangisan yang membuatku lega. Aku menangis karena kehilangan sesuatu. Cinta dari orang yang ingin mencintai-Nya dan orang yang sudah mencintai-Nya.
Sejenak, ketika melintasi pekuburan islam, saat menuju lokasi tempatku mencari nafkah, serasa ada angin segar yang bertiup dikepalaku. Pikiranku berubah jernih, dan dalam hati berkata. “Untuk apa aku menangis? apakah untuk orang-orang yang telah meninggalkanku? atau untuk orang-orang yang telah mengkhianati cintaku? ataukah sahabat yang berpura2 baik namun berniat menusuk hati hingga mematikan rasaku?”
Tak ada gunanya, semua akan meninggalkanku pada akhirnya. Jika tidak sekarang, maka nanti. Lalu aku pun akan meniggalkan mereka. Hingga akhirnya aku tetap akan sendiri. Hanya Allah tempat kesudahan yang terbaik.
Berhentilah menangis…hanya karena masalah perasaan… Aku jadi teringat Kisah Islam di Andalusia, yang hancur hanya karena tangisan seseorang yang ditinggal kekasihnya. Astagfirullahaladzim… jadikan semua itu menjadi Kisah Cinta karena Allah…
Lalu…kemarin, hari ini dan malam ini pun aku kembali menangis…
Tapi, ada yang beda dengan tangisanku kali ini… Aku menangis karena Allah sungguh membuatku merasa nyaman ketika bersamanya. Dalam sujudku, aku merasa Allah telah memberiku jawaban. Hari ini aku menangis, bukan karena sang pujaan sudah tak ada. Hari aku menangis karena meminta Cinta-Nya.
Jika ada yang hendak membuat ku sedih, maka kukatakan, ” Maaf…sudah tak ada sedih lagi di sini.”
“Ya Tuhanku, Jika Engkau mengambil sesuatu dariku, maka kosongkanlah waktu serta pikiranku darinya, hingga aku bisa melakukan apa yang Engkau Cintai”
dipenutup curhatku kali ini aku akan membagikan sesuatu:
” Dua kata ringan di lida (diucapkan), berat di timbangan (banyak pahalanya), dan keduanya disukai oleh Yang Maha Pengasih yaitu; Subhanallah wa bihamdihi, Subhanallah al-’Azhim (Mahasuci Allah dan puji-pujian bagi-Nya, Mahasuci Allah Yang Mahabesar).”~HR. Buhkaari Muslim dari Abi Hurairah~
Seorang tabi’in1 mengatakan sebuah kalimat yang indah, “Aku mengetahui kapan Allah Ridha padaku.” Kapan?. Ia menjawab, ” saat aku mengucapkan Subhanallah wa bihamdihi, Subhanallah al-’Azhim. Keduanya disukai oleh Allah Yang Maha Pengasih. Allah memberikanku taufik untuk mengucapkannya. Ia pun Ridha kepadaku. Kalau tidak, mengapa Ia memberikanku Taufik untuk mengucapkannya?”
===
Aku diberi kesempatan untuk dapat mengetahui hal itu, mungkinkah ini juga Taufik dari Allah agar aku mengucapkannya? Insya Allah. Semoga kita semua dapat mengucapkannya dengan ikhlas dan mendapat ridha-Nya. Amin.
*Tak ada niat untuk mengajar…karena aku bukanlah guru
*Tak ada niat untuk pengajak…karena aku bukalah penyeru
*aku hanya membagi cerita…karena aku manusia yang penuh kisah*
semoga bermanfaat…^_^
Naskah by Gadiz (Doa Tabi-in disadur dari sumber “Suara Hati”)
••©••®••»»g4d1$••ap1««••®••©••™ simplylife
Note :1.Tabi’in, artinya pengikut, adalah orang Islam awal yang masa hidupnya setelah para Sahabat Nabi dan tidak mengalami masa hidup Nabi Muhammad. Usianya tentu saja lebih muda dari Sahabat Nabi bahkan ada yang masih anak-anak atau remaja pada masa Sahabat masih hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar