Beberapa hari ini, aku kembali mengalami perasaan yang sebenarnya sudah tidak ingin aku alami. Berada dipersimpangan cinta, dan menunggu antara “iya” dan “tidak” …perasaanku serasa diangkat namun sekejap saja bisa berubah hancur karena dibuang dari atas lantai 10. Tapi aku juga berusaha menahan, berlapang dada dan selalu mengingat bahwa aku sedang ingin menuju ke satu titik, dan untuk menggapai itu, inilah yang harus aku lalui. Aku tersadar bahwa setiap fase kehidupan telah aku lalui, yang tersulit dalam hubungan antara perasaan telah menempaku menjadi perempuan yang menganggap airmata itu adalah teman atau refleksi dari suatu gejolak hati saja yang akan berhenti ketika kita tersadar bahwa ini akan berkahir. Dan inilah konsekuensi yang harus diterima setiap pencinta, selalu ada dua pilihan antara sakit atau bahagia dan iya atau tidak.
Diantar gejolak sedih dan tersadar Allah berperan dalam kondisiku ini, aku berusaha menerima dan mengingat semua kata-kata orang yang notabene sedikit banyak membuat hidupku berubah menjadi perempuan yang tidak hanya sekedar menyandang “islam KTP”, meski sebelumnya memang aku juga sudah menjalankan ibadah (dalam kategori sangat standar -sholat-). Ikhlaslah, jadilah manusia yang bersyukur, karena sesungguhnya Allah yang Maha mengetahui keadaan kita. Jadi apapun yang kita alami Allah sungguh mengetahui sekecil apapun itu termasuk apa yang ada dihati kita. Dan dalam hati aku ingin, hanya ada kata “bahagia” apapun kejadiannya. Ikhlas.
Aku terus mencari, sesuatu yang bisa membuatku semakin paham keadaan orang yang aku sayangi. Dan akhirnya, sungguh, jika kita mencari kebaikan maka Allah akan menunjukkan jalannya.
Aku menemukan sebuah buku lama, yang didalamnya banyak sekali kisah cinta yang akhirnya berakhir dengan Cinta Karena Allah. Aku akan membagi salah satu kisahnya nyata diantaranya :
**
Naskah by Gadiz
http://fiksi.kompasiana.com/prosa/2011/03/13/kisah-cinta-karena-allah/
••©••®••»»g4d1$••ap1««••®••©••™ simplylife
Diantar gejolak sedih dan tersadar Allah berperan dalam kondisiku ini, aku berusaha menerima dan mengingat semua kata-kata orang yang notabene sedikit banyak membuat hidupku berubah menjadi perempuan yang tidak hanya sekedar menyandang “islam KTP”, meski sebelumnya memang aku juga sudah menjalankan ibadah (dalam kategori sangat standar -sholat-). Ikhlaslah, jadilah manusia yang bersyukur, karena sesungguhnya Allah yang Maha mengetahui keadaan kita. Jadi apapun yang kita alami Allah sungguh mengetahui sekecil apapun itu termasuk apa yang ada dihati kita. Dan dalam hati aku ingin, hanya ada kata “bahagia” apapun kejadiannya. Ikhlas.
Aku terus mencari, sesuatu yang bisa membuatku semakin paham keadaan orang yang aku sayangi. Dan akhirnya, sungguh, jika kita mencari kebaikan maka Allah akan menunjukkan jalannya.
Aku menemukan sebuah buku lama, yang didalamnya banyak sekali kisah cinta yang akhirnya berakhir dengan Cinta Karena Allah. Aku akan membagi salah satu kisahnya nyata diantaranya :
**
Sepasang kekasih semasa perkuliahan yang mendapat ridho dari Allah. Ketika hubungan mereka semakin lengket, Allah memainkan kehendaknya kepada sang Pria. Setelah lama berjalan, suatu saat dia berubah menjadi alim dan berusaha untuk taat pada agama. Ia berterus terang kepada kekasihnya, “saya sangat mencintaimu dan tidak bisa meninggalkanmu, namun saat ini aku mulai bertaqarrub (mendekat) kepada Allah. Aku tidak bisa menyatukan dua kekasih saat ini. Tunggulah aku sampai apa yang menjadi kewajibanku terselesaikan. Setelah itu Insya Allah aku akan melamarmu. Aku melihat dirimu sangat cocok denganku. Aku telah mengambil keputusan. Saat ini, aku akan benar-benar menghentikan hubunganku denganmu. Jika Allah berkehendak (kita berjodoh), maka engkau pasti akan menjadi Istriku.
Ternyata setelah berpa lama meninggalkan kekasihnya, akhirnya sang kekasih bener-benar menjadi istrinya, dan sang pria pun melaksanakan segala apa yang pernah diucapkannya. Kemudian dengan lembut berkata kepada istrinya. “Jika Rasulullah mempunyai Khadijah.ra, maka aku memiliki engkau. Kita telah menaati Tuhan kita, Dia pun telah mengganti hubungan yang telah terputus dengan kebahagian, kesenangan dan cinta.”
Aku sangat tersentuh membacanya, jika saja orang kita sayang berkata jujur, maka kesetiaan akan teruji disana. Diam sungguh indah pada saat yang tepat, namun ungkapan pun sangat diperlukan untuk memastikan jika yang akan diam karena Allah ini, menyimpan rasa untuk diri kita.
Saat ini sungguh tak ada yang mampu melihat atau merasa apa yang sedang aku alami. Hanya Allah yang tahu betapa rasa yang Dia titipkan padaku ini untuk seseorang membuat aku menjadi dekat padaNya. Aku serasa ingin menjadi dirinya, ingin merasa nikmat apa yang dia rasa dan ketenangan seperti apa yang dia rasa atau berkah apa yang dia rasa ketika begitu dekat denganNya. Selain, berkah yang saat ini aku rasakan yaitu kasih sayang orang tua, kesehatan dan rezeki. Apa beda antara perasaan antara sebelum dekat DenganNya dan setelah dekat denganNya.
Jika bisa aku berkata, “aku mencintaimu, aku menyayangimu, namun saat ini aku pun sedang dekat dan mengejar cintaNya. Dalam waktu yang bersamaan aku tak bisa mencintai kalian. Maka biarkan kupastikan Cintaku padaNya dulu tak tergoyahkan, setelah itu akan kutunggu cintamu jika Allah merestui kita.”
Dan seandainya pun dia berkata, ” saat ini, kau adalah humairahku, maka biarkan aku bersama Dia dulu, karena aku tak bisa membagi waktuku saat ini antara kau dan Dia. Maka tunggulahlah karena aku akan diam, dan jika waktunya tiba Allah merestui kita, maka aku akan datang menjemputmu. JAGALAH RASAMU UNTUKKU DAN AKUPUN SEBALIKNYA.”
Saat ini sungguh tak ada yang mampu melihat atau merasa apa yang sedang aku alami. Hanya Allah yang tahu betapa rasa yang Dia titipkan padaku ini untuk seseorang membuat aku menjadi dekat padaNya. Aku serasa ingin menjadi dirinya, ingin merasa nikmat apa yang dia rasa dan ketenangan seperti apa yang dia rasa atau berkah apa yang dia rasa ketika begitu dekat denganNya. Selain, berkah yang saat ini aku rasakan yaitu kasih sayang orang tua, kesehatan dan rezeki. Apa beda antara perasaan antara sebelum dekat DenganNya dan setelah dekat denganNya.
Jika bisa aku berkata, “aku mencintaimu, aku menyayangimu, namun saat ini aku pun sedang dekat dan mengejar cintaNya. Dalam waktu yang bersamaan aku tak bisa mencintai kalian. Maka biarkan kupastikan Cintaku padaNya dulu tak tergoyahkan, setelah itu akan kutunggu cintamu jika Allah merestui kita.”
Dan seandainya pun dia berkata, ” saat ini, kau adalah humairahku, maka biarkan aku bersama Dia dulu, karena aku tak bisa membagi waktuku saat ini antara kau dan Dia. Maka tunggulahlah karena aku akan diam, dan jika waktunya tiba Allah merestui kita, maka aku akan datang menjemputmu. JAGALAH RASAMU UNTUKKU DAN AKUPUN SEBALIKNYA.”
Wahai Tuhan, aku tidak akan meninggalkan pintuMu.
Dan tidak akan berusaha menggapai pintu lain selain pintuMu.
Aku akan menenun baju keridhaanMu.
Sungguh aku sangat tersanjung telah menjadi salah satu hambaMu.
Aku berbisik lirih dalam keheningan subuh.
Saat dikatakan siapa TuhanMu?
Tuhanku adalah Sang Pencipta Alam.
Aku sungguh sangat terhormat telah menjadi salah satu hambaNya.
Tuhanku adalah Yang Menerbitkan Fajar.
Aku tidak akan berusaha menggapai pintu lain selain pintuMu (dari Hasan bin Tsabit)
Dan tidak akan berusaha menggapai pintu lain selain pintuMu.
Aku akan menenun baju keridhaanMu.
Sungguh aku sangat tersanjung telah menjadi salah satu hambaMu.
Aku berbisik lirih dalam keheningan subuh.
Saat dikatakan siapa TuhanMu?
Tuhanku adalah Sang Pencipta Alam.
Aku sungguh sangat terhormat telah menjadi salah satu hambaNya.
Tuhanku adalah Yang Menerbitkan Fajar.
Aku tidak akan berusaha menggapai pintu lain selain pintuMu (dari Hasan bin Tsabit)
Naskah by Gadiz
http://fiksi.kompasiana.com/prosa/2011/03/13/kisah-cinta-karena-allah/
••©••®••»»g4d1$••ap1««••®••©••™ simplylife
Tidak ada komentar:
Posting Komentar